Makam Syekh
Abdul Jabar Samsudin Belitung Timur saya kunjungi dengan berjalan kaki dari
Makam Raja Balok ditemani Kik Sakri. Jarak kedua makam itu memang hanya sekitar
100 m saja. Makam ini ditempuh dengan melalui jalan lebar dilapis rumput hijau
yang membuat sejuk di mata dan nyaman di kaki yang menapakinya.
Kawasan hutan
dimana terdapat Makam Raja Balok dan Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin ini
menjadi surga belantara hijau di Belitung, setelah entah berapa banyak hutan
menghilang. Pengrusakan selama lebih dari 150 tahun lalu untuk menjarah Timah
dan Kaolin dari bumi Belitung.
Tidak banyak
yang diceritakan Kik Sakri tentang Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin ini.
Menurutnya ia merupakan penyebar Agama Islam pertama di Balok. Menurut Kik
Sakri, beliau adalah keturunan Arab yang lebih dulu tinggal di Brunei, lalu
tinggal di Malaysia, dan sempat pula pergi Pulau Jawa, sebelum tinggal di
Balok, sampai wafat.
Cungkup Makam
Syekh Abdul Jabar Samsudin Belitung Timur yang masuk beberapa meter ke sebelah
kiri dari jalanan hutan yang lebar. Model cungkupnya sama persis dengan cungkup
yang dibuat pada Makam Raja Balok Ke Gede Yakub, karena memang dipugar pada
waktu yang bersamaan. Suasana di sekitar makam juga hening, jauh dari jalan.
Agak jauh ke
sebelah kiri dari cungkup Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin terdapat serakan
batu dan bata yang tidak jelas strukturnya. Entah itu reruntuhan bangunan lama
di jaman Kerajaan Balok, atau material sisa renovasi cungkup yang dilakukan
pada 2009. Di sekitar makam tidak terlihat ada bangunan lain sisa peninggalan
lama.
Penampakan
pada dua kubur di cungkup Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin Belitung Timur.
Kubur kecil di sebelah kubur Syekh Abdul Jabar adalah tempat disemayamkannya
jasad sang isteri. Bagian kepala nisan kedua kubur itu dibebat dengan kain
mori, setidaknya sebagai tanda agar orang tidak tertukar, meski ada sedikit
perbedaan pada bentuknya.
Meski kain
mori pembalut nisan itu sudah terlihat agak kumal dan perlu diganti, namun
secara umum kondisi Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin ini terlihat cukup
terawat, hal yang cukup menggembirakan. Boleh jadi karena tempat ini memang
relatif sering dikunjungi oleh para peziarah, atau juru kuncinya yang rajin
merawatnya.
Sisi lain
dari cungkup Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin yang lokasinya berada di kawasan
hutan lindung di Desa Balok, Kecamatan Dendang. Adanya makam kuno ini semoga
mampu memberi perlindungan bagi kelestarian hutan. Selain untuk menambang perut
bumi, hutan juga sering dijarah kayunya dengan alasan untuk membuat perkebunan
kelapa sawit.
Sumber lain
menyebut bahwa Syekh Abdul Jabar Samsudin hidup pada masa Ki Gede Yakub, Raja
Balok pertama yang juga menantu Datuk Mayang Gresik. Sumber itu menyebut bahwa
Syekh Abdul Jabar berasal dari Pasai. Tokoh ini juga dianggap sebagai ulama
Islam yang memperkenalkan kesenian hadra atau rudat di wilayah Kerajaan Balok.
Dalam
perjalanan pulang Kik Sakri bercerita, bahwa di sisi hutan yang lebih rapat,
yang ia sebut sebagai Hutan Balok Lama, hidup mahluk perempuan bernama Puteri
Bunga, berwujud ular sepanjang satu hasta dan badannya sebesar bantal guling,
yang sekali-sekali menampakkan diri kepada manusia. Mahluk itulah menurutnya
yang menjaga hutan ini.
Ketika
menulis tentang Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin ini, saya baru memperhatikan
bahwa ada perusahaan agro yang bergerak dalam penanaman dan pengolahan sawit di
bagian atas tengara Makam Raja Balok. Jika benar bahwa hutan ini telah
tergadaikan, maka nasib hutan tinggal menunggu hari, dan Puteri Bunga pun saya
kira tak akan sanggup untuk melawan keperkasaan buldozer.
https://www.thearoengbinangproject.com/makam-syekh-abdul-jabar-samsudin-belitung-timur/
0 komentar: